KUMPULAN MATERI
TEORI BELAJAR
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA : maylan anggraini
NPM : 1022 126
DOSEN PEMBIMBING : HENI RITA SUSILA, M. Pd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2011
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
A. Teori Disiplin Mental ......................................................................................... 1
B. Teori Behavioristik ............................................................................................. 2
C. Teori Belajar Kognitif ....................................................................................... 4
D. Teori Belajar Konstruktistik ............................................................................. 9
E. Teori Belajar Humanistik .................................................................................. 11
F. Teori Belajar Sibernetik .................................................................................... 14
G. Teori Kecerdasan Gaanda dan Penerapannya dalam Kegiatan
Pembelajaran ..................................................................................................... 16
H. Teori Andragogi ................................................................................................. 18
A. Teori Disiplin Mental
Disiplin mental merupakan perubahan prilaku yang diakibatkan oleh penglaman. Teori belajar ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen dan orentasinya adalah filosofis atau spekulatif.
Teori ini ditemukan oleh Plato dan Aristoteles. Gagasan utama dalam disiplin mental adalah pada otak (mind), yang diangankan sebagai benda non fisik yang terbaring tidak aktif (dorman) lalu ia dilatih seperti halnya otot-otot fisik yang bisa kuat jika dilatih secara bertahap dan terus-menerus serta dengan porsi yang memadai,maka otot-otot pikiran atau otakpun demikian halnya.
1. Tujan Teori Disiplin Mental
Tujuan teori belajar adalah menciptkan mental individu yang kuat, karena dengan mental yang kuat otomatis individu akan lebih menyerap ilmu yang telah diberikan tanpa ada rasa takut ataupun malu.
2. Rumpuan Teori Psikologi Belajar
Ada beberapa teori yang termasuk rumpuan teori disiplin mental yaitu:
- Teori disiplin mental Theistic, berasal dari psikologi daya. menurut teori ini individu atau anak mempunyai sejumlah daya mental seperti daya untuk mengamati, menganggap, mengingat, berpikir, memecahkan masalah dan sebagainya.
- Teori disiplin mental Humanistic, bersumber pada psikologi humanisme klasik dari Plato dan Aristoteles, teori ini hamper sama dengan teori pertama behwa anak memiliki potensi-potensi. perbedaanya dengan teori disiplin mental theistic, teori tersebut menekan keseluruhan keutuhan. Teori disiplin menta humanistic lebih mnekankan penididkan umum (general edication).
- Teori Naturalisme, teori ini berpangkal dari psikologi naturalisme romantik, denga tokoh utamanya Jean Jacques Rousseau. Kelebihan dari teori ini berasumsi bahawa individu bukan saja mempunyai potensi atau kemampuan untuk berbuat dan melakukan baerbagai tugas, tetapi juga memiliki kemauan dan kemampuian untuk belajar dan berkembang sendiri
.
- Teori belajar Apersepsi, disebut juga Herbatisme (pengembangan) dengan tokoh utamanya Herbat. anak mempunyai kemampuan untuk mempelajarim sesuatu.
B. Teori Behavioristik
Behavioristik merupakan salah satu pendekatan untuk memahami prilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasamaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasan individu dalam suatu belajar. Ciri dari teori ini adalah mengutamakan begian sederhana, bersifat mekanistis (unsur), menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, memntingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh munculnya prilaku yuang diinginkan.
1. Teori Connectionisme S. R Bond (Edward Thorndike)
Dari yang dilakukan Thondike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar diantaranya:
- Low of Effect, artinya bahwa sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus-Responsakan semakin kuat. sebaliknya, semakin tidak memuaskan yang dicapai respon maka semakin lemah pula hubungan uyang terjadi antara Stimulis-Respons.
- Low of Readines, artinya kemampuan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit),dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
- Low of Exercise, hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Teori Classical Conditioning (IP Pavlov)
Pelopor teori conditionding adalah Ivan Perrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia, seorang ahli psikolog-refleksiologi dari Rusia. Ia mengadakan percobaan dengan anjing.
Dari eksperimen yang dilakukan terhadap seekor anjing yang mengahsilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
- Low of Respondens Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirka secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka reflek dan stimulus laainya akan meningkat.
- Low of Repondens Extinction, yakni hukum pemusnahan yang dituntut. jika reflek yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer maka kekuatannya akan menurun.
3. Teori Belajar menurut Edwin G.
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti, yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai dengan suatu gerakan, pada waktu timbulkembali cenderung aakan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan veriabel hubungan stimulus dan respons untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
4. Teori Belajar Menurut Skinner
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui denga lingkungannya, yang kemudiaan menimbulkan tingkah laku, tidak sesederhana yang dikemukakanoleh tokoh-tokoh sebelumnya. Skinner juga mengemukkan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alaat untuk menjkelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab masalah yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
5. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari bebrapa hal seperti: tujan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pelajaran, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembeljaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, passti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pelajar.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberi ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, berksperimentasi dan mengembangkan kemampuanya sendiri. Karena sistem pembelajara tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
C. Teori Belajar Kognitif
1. Pengertian
Teori belajar ini adalah tentang jenis pengetahuan dan memori. Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpeting adalam proses balajar adalah pengetahuan yang dimiliki tiap individu kepada situasi belajar.
2. Teori pengembangan Jean Piaget
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitf mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.
Piaget mengatakan bahwa kita mempunyai perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia.
a. Tahap sensorimotor (Sensori motor Stage)
Tahapan ini terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan fisik.
b. Tahap praoprasional (preoperational stage)
Tahap ini terjadi dari usia 2 sampai 7 tahun yang merupakan tahap kedua piaget. pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar.Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidak mampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dan orang lain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya. Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualitas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti seorang anak mengatakan “pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh. Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.
c.Tahap oprasional konkrit (Concrrete operational stage)
Tahap ini berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggunakan pemikiran yang dapat diterapkan kedalam contoh-contoh konkrit.
d.Tahap operasioonal formal (formal operational stage)
Tahap ini terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terakhir dari piaget. Pada tahapan ini indifidu melampoi dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berfikir secara abstrak dan logis.
3. Teori Belajar Menurut Bruner
Jerome S. Bruner, seorang ahli psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan pecinta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukanhal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Menurut Bruner (dalam Hudoyo, 1990:48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika inu.Dengan demikian siswa dalam belajar haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal agar dapat mengenal konep dan setruktur yang tercakup dalam bahan yang sedang di bicarakan anak akan memahami materi yang harus dikuasai itu. Dengan demikian agar pembelajaran dapat di mengembangkan ketrampilan intlektual anak dalam mempelajari suatu pengetahuan( Konsep matematika) maka materi pelajaran peril disajikan dengan memperhatikan tahappengembangan kognitif atau pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran orang tersebut.
Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh jika pengetahuan yang di pelajarinya itu dipelajari dalam tiga model tahapan:
a. Model Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi( mengotak atik ) objek.
b. Model Tahap Ikonik
Tahap ekonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu diwujudkan dalam bentuk bayangan fisual, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan kongrit atau situasi yang terdapat pada tahap enaktif tersebut.
c. Model Tahap Simbolis
Dalam tahap ini Bahasa adalah pola dasar simbolik,anak memanipulasi symbol-simbol atau lambing-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpsessentasikan dalam bentuk symbol yaitu sibol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang dalam bidang yang bersangkutan, baik symbol verbal (Huruf,kata,kalimat ), lambing mat3ematika maupun lambing yang lain.
4.Teori Bermakna Menurut Ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Inilah yang membedakan David Ausubel dengan teori lainnya yang hanya berlatar belakang psikologi, David Ausubel memberi penekanan pada “Belajar Bermakna” serta retensi dan fariabel yang berhubungan dengan macam belajar.
Teori Belajar Ausubel dikenal dengan nama Teori Belajar Bermakna. Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua demensi. Demensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi disajikan pada siswa, melalui penemuan dan penerimaan. Demensi kedua berkaitan dengan bagaimana cara siswa dapat mengaitkan informasi atau materi materi pelajaran pada struktur kognitif yang telah dimilikinya, ini berarti belajar bermakna.
- Belajar Bermakna
Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagai Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses pengaitan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
- Belajar Hafalan
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep yang releven, maka yang baru dipelajari secara hafalan.Pada kenyataannya, banyak guru dan bahan-bahan pelajaran jarang sekali menolong siswa untuk menentukan dan menggunakan konsep releven dalam konsep releven dalam struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan baru dan akibatnya pada para siswa terjadi belajar hafalan.
- Subsumsi dan Subsumsi Obliteratif
Selama belajar bermakna berlangsung, informasi baru terkait pada konsep dalam konsep kognitif, dalam fenomena pengaitan ini Ausubel mengemukakan istilah subsumber. Subsumber memegang perqanan dalam proses perolehan informasi baru. Subsumber mempunyai peranan interaktif, mempelancar gerakan informasi yang relefan melalui penghalang perseptualdan menyediakan suatu kaitan antara informasi yang baru di terima dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Menurut Ausubel dan Novak (1977) ada tiga kaitan kebaikan dari belajar bermakna yaitu:
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat
2. Memudahkan proses beljar berikutnya untuk materi pelajaaran yang mirip
3. Mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi “ lupa”
- Variabel-variabel yang mempengaruhi Belajar Penemuan Bermakna
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel ialah stuktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang setudi tertentu padea waktu tertentu.
5. Penerapan Teori Ausubel dalam Mengajar
a. Pengaturan awal
Suatu pengaturan awal mengarahkan para siswa kemateri yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru.
b. Diferensiasi Progresif
Menurut Ausubel pengembangan konsep berlangsung paling baik bila unsur-unsur paling umum, paling inklusif dari suatu konsep diperkenalkan terlebih dahulu dan kemudian diberikan hal-hal yang lebih mendetail dan lebih khusus dari konsep itu.
c. Belajar Superordinat
Belajar superordinat terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebai unsur-unsur dari suatu konsep yang luas lebih inklusif.
d. Penyesuian Inklusif
Menurut Ausubel dalam mengajar bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan bagaimana konsep baru dihubungkan pada konsep superordinat.Untuk mencapai penyesuaian integratif , materi pelajaran hendaknya disesuaikan sedemikian rupa sehingga kita menggerakkan konseptual “ke atas dan kebawah” selama informasi disajikan.
6. Aplikasi Teori Kognitif Dalam Pembelajaran
a. Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitifpeserta didik.
b. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen
dengan objek fisik yang ditunjang oleh interaksi denan teman sebaya dan
dibantu dengan pertanyaan tilikan dari guru.
c. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
D. Teori Belajar Konstruktivistik
Teori belajar konstruktifistik merupakan pembelajaran yang menekankan pada proses yang lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan-pertanyaan dan ide-ide peserta didik.
1.Karakter masa depan yang diharapkan konstruksi pengetahuan
Pendidikan berwawasan masa depan dapat diartikan sebagai pendidikan yang dapat menjawab tantangn masa depan, yaitu suatu proses yang dapat melahirkan individu –individu yang berbekal pengetahuan, keterampilan dan nilai yang perlu untuk hidup berkipah dalam era globalisasi.
Komisi internasional bagi pendidika abad ke-21 melaporkan bahwa di era globalisasi ini pendidikan dilaksanakan dengan bersandar pada empat pilar pendidikan yaitu:
a. Learning to know artinya peserta didik belajar pengetahuan yang penting sesuai
dengan jenjang pendidikan.
b. Learning to do artinya peserta didik mengembangkan keterampilan dengan memadukan pengetahuan yang dikuasai dengan latihan sehingga terbentuk suatu keterampilan yang memungkinkan peserta didik memecahkan permasalahan dan tantangn kehidupan.
c. Learning to be artinya peserta didik belajar menjadi individu yang utuh, memahami arti hidup dan tahu apa yang terbaik dan sebaiknya dilakukan dengan baik.
d. Learning to lovetogether artinya peserta didik memahami arti hidup dengan orang
lain, dengan jalan saling menghormati, serta memahami adanya saling
ketergantungan.
2. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivisme
Menurut paham konstruktivisme, manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada siswa untuk menemukan suatu informasi ke situasi lain, sehingga dalam proses belajar siswa membangun sendiri pengetahuan mereka dengan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut teori konstruktivistik belajar adalah proses pemaknaan atau penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaburatif dan refleksi serta interprestasi. Pusat pembelajaran konstruktivistik adalah siswa,dalam proses belajar siswa berusaha menggali dan membentuk pengetahuannya sendiri serta bebas mengungapkan pendapat dan pemikirannya, sehingga segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu proses sendiri, mandiri, kritis, kreatif dan mampu bertanggung jawab.
3. Perbandingn Antara Pembelajaran Tradusional dan Pembelajaran
Konstruktivisme
Pada pembelajaran tradisional:
a. Penyajian kurikulum bersipat induktif
b. Pembelajaran berjalan secara rutinitas
c. Kegiatan kurikuler lebih banyak berorientasi pada buku pegangan yang dimiliki sekolah
d. Peserta yang belajar lebih dipandang sebagai objek yang tidak memiliki pengetahuan apa-apa.
e. Penilaian atau tes belajar dipandang sebagai bagian dari proses yang tidak terpisahkan dari pembelajaran dan sering kali dilakukan dengan cara testing.
f. Pembelajaran hanya memiliki target menghabiskan materi pelajaran , kurang memperhatikan kualitas pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
Sedangkan pada pembelajaran konstruktivisme:
a. Penyajian kurikulum menggunakan pendekatan deduktif
b. Pembelajaran didesain dalam suasana yang memberikan kebebasan siswa
untuk mengekspresikan ideatau gagasan
c. Kegiatan kulikuler lebih banyak dikaitkan dengan realitas dalam kegiatan
masyarakat dan cenderung nenggunakan model pembelajaran bersifat
kerjasama.
d. Peserta didik dpahami sebagai individu yang memiliki potensi untuk
mengembangkan materi pelajar.
e. Penilaian atau tes dilakukan secara progresif dan melalui penilaian karya
siswa, bisanya disebut tes fortofolio.
f. Pembelajaran lebih didasarkan pada proses, sehingga siswa/siswi banyak
belajar dan bekerja didalam kelompok.
E.Teori Belajar Humanistik
1.Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.Teori belajar ini berusaha memahami prilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatannya.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik antara lain:
a. Athur Combs (1912-1999)
Combus berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajaranya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Combus memberikan lukisan persepsi diri dan dunnia seorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pada pusat satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah pesepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi dairi makin berkurang pengaruhnya terhadap prilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
b. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1) Suatu usaha yang positif untuk berkembang.
2) Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan behwa individu berperilaku dalm upaya memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.
Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
c. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, IIIinois Chi cago. gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960.Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy. Roger membedakan dua tipe belajar yaitu:
1) Kognitif (kebermaknaan)
2) experiental (penglaman atau signifikansi).
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1) Menjadi manusia berarti memiliki kakuatan yang wajar untuk belajar.
2) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
3) Pengorganisassian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4) Belajar yang bermakna dalammasyarakat modern berarti belajar tentang
proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukan sejumlah prinsisp-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah:
1) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2) Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran diserahkan murid mempunyai relavansi dengan maksud-maksud sendiri.
3) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya, dll.
Slah satu pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar yang fasilitatif yang dikemnbangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik posotif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah:
1) Merespon perasaan siswa
2) Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3) Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4) Menghargai siswa
5) Keseuaian antara prilaku dan perbuatan
6) Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa
7) Tersenyum pada siswa
2. Pandangan Honey dan Mumford tehadap Balajar
a. Kelompok Aktivis
Orang-orang yang tergolong dalam kelompok aktivis adalah mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman yang baru.
b. Kelompok reflektor
Dalam melakukan tindakan orang-orang tipe reflektor sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan.
c. Kelompok Teoris
Ornag-orang tipe Teoris memiliki kecenderungan yang sangat kritis,mereka suka menganalisis, berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
d. Kelompok Pragmatis
Orang-orang tipe ini memiliki sifat-sifat yang praktis.Mereka mereka tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori,dll.
3. Panangan Bloom dan krathwohl terhadap Belajar
Secara ringkas ketiga kawasan dalam Taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:
a. Dominan Kognitif, terdiri dari 6 tingkatan, yaitu; pengetahuan, pemahaman, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.
b. Dominan Psikomotorik, terdiri dari 5 tingkatan,yaitu; peniruan, penggunaan, ketetapan, perangkaian, naturalisasi.
c. Dominan Afektif, terdiri dari 5 tingkatan, yaitu; pengenalan, merespon, penghargaan, pengoganisasian, penglaman.
4. Aplikasi Teori Humanistik dalam kegiatan Pembelajaran
Secara eksplisit belum ada pedoman buku tentang langkah-langkah pembelajran humanistik, namun paling tidak dapat dirumuskan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
b. menentukan materi pembelajaran
c. mengidentifikasikan kemampuan awal siswa.
d. membimbing siswa belajar secara aktif, dll.
F. Teori Belajar Sibernetik
Teori sebernetik merpakan teori belajar yang paling baru dibandingkan dengan teori lainnya. Menurut teori sibernetik belajar adalah pemrosesan informasi.
Kelebihan teori sibernetik
a. Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
b. Penyajian penetahuan memenuhi aspek ekonomis.
c. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
d. Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai, dll.
Klemahan teori sibernetik
Teori ini dikritik lebih menekankan pada sistem informasi yang dipelajari., dan kurang memperhatikan proses belajar.
1. Teori Pemrosesan Informasi
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000:175). Teopri ini menjelasskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat penyimpanan informassi untuk periode panjang. Tulving (1993) dalam Slavin, 2000:181) membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian yaitu: memori epsodik, yaitu bagian memori jangka panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-penglaman pribadi kita. memori semantik, yaitu suatu bagiab dari memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum, dan memori prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakuakn sesuatu.
2. Teori Belajar Menurut Landa
Menurut Landa ada dua macam proses berpikir. Pertama, disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu. kedua adalah cara berpikir heuristik, yaitu cara berpikir divergen, menuju beberapa target sekaligus.
3. Teori Belajar Menurut Pask dan scott
Ahli lain yang beraliran sibernetik adalah Pask dan Scott. Pendekatan serialis yang yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heuristik. cara berpikir menyeluruh adalah cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sistem infomasi.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek (short term memory), ingatan jangka panjang (long term memory), dna sebagainya.
4. Aplikasi teori Belajar Sibernetik dalam Pembeajaran
Aplikasi teori belajar sibernetik terhadap proses pembelajaran hendaknya menarik perhatian, memberikan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang kegiatan pada prasyarat belajar, menyajkan bahan perangsang, memberikan bimbinngan belajar, mendorong untuk kerja, memberikan belikan informatif, menilai iujnjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar.
G. Teori Kecerdasan Ganda dan Penerapannya dalam Kegiatan Pembelajaran
1. Pentingnya Mengembangkan Keterampialan Hidup
Kehidupan masyarakat dunia semakin berubah, dari masyarakat ekonomi pertanian menjadi masyarakat industri dan sekarang sudah berada dalam masyarakat informasi.
Proses pendidikan dan pembelajaran masyarakat pertanian masih terpusat pad guru.sedangakn masyarakat industir berpusat pada kurikulum. pada masyarakat informasi pembelajaranya berpusat pada siswa atau pesertas didik dan hasil belajarnya pun banyak ditentukan oleh komuniakasi interaktif.
2. Kecerdasan Ganda
Howard Gardner memperkenalkan sekaluguc mempromosikan hasil penelitian project zero di Amerika yang berkaitan dengan kecerdasan ganda (multiple intellegences). Teorinya menghilangkan anggapan yang ada selama ini tentang kecerdasan manusia. Hasil penelitianya menujukan bahwa tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan seluruh kecerdasan yang selam dianggap ada 7 macam kecerdasan, dan pada buku yang mutakhir ditambahkan lagi 3 macam kecerdasan.
Pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner adalah:
a. Manusia mempunyai kemampuan meninngkatkan dan memperkuat kecerdasanya.
b. Kecerdasan selain dapat berubah juga dapat diajarkan kepada orang lain.
c. Kecerdasan merupakan realitas mejajemuk yang muncul dibagian-bagian yang \berbeda pada sistem otak atau pikiran manusia.
d. Pada tingkat tertentu kecerdasan ini merupakan satu kasatuan yang utuh.
Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memcehkkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya terrtentu.
Kesepuluh kecerdasan tersebut yaitu:
a. Kecerdasan verbal/bahasa (verbal/linguistic intellegence)
b. Kecerdasan logika/matematik (logoikal/mathemetikal intellegence)
c. Kecerdasan visual/ruang (visual/spatail intellegence)
d. Kecerdasan tubuh/gerak tubuh (body/kisenthetik intellegence)
e. Kecerdasan misikal/ritmik (misical/rytmik intellegence)
f. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intellegent)
g. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intellegence)
Tiga kecerdasan lagi yang muncul kemudian adalah:
h. Kecerdasan naturalis (naturalistic intellegence)
i. Kecerdasan spiritual (spiritullist intellegence)
j. Kecerdasan ekstensial (exsistensialist intellegence)
3. Kreteria Keabsahan Munculnya Teori Kecerdasan
a. Memiliki dasar biologis
b. bersifat universal bagi spesies manusia
c. Nilai budaya suatu keterampilan
d. Memiliki bisnis neurologi
e. Dapat dinyatakan dalam bentuk simbol
4. Strategi Dasar Pembelajaran Kecerdasan Ganda
Ada beberapa strategi untuk mengembangkan kecerdasan ganda, yaitu:
a. Awakening intellegence (activating the senses and turning on the brain). membangnkan/memicu kecerdasan, yaitu upaya untuk mengaktifkan indera dan menghidupkan kerja otak.
b. Amplifying intellegence (exsercise & strengthening awakened capasities). memperkuat kecerdasan.
c. Teaching for/with intellegence (structuring lesson for multiple intellegence). mengajarkan dengan/untuk kecerdasan.
d. Transferring intellegences (multiple ways of knowing beyond the classroom). mentransfer kecerdasan.
5. Mengembangkan Kecerdasan Ganda dalam Kegiatan Pembelajaran
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam teori kecerdasan ganda, yaitu:
a. Setiap orang mempunyaio kecerdasan-kecerdasan itu
b. Banyak orang dapat mengembangkan masing-masing kecerdasan sampai ketingkat yang optimal
c. Kecerdasan biasanya bekerja bersama-sama dengan cara yang unik
d. Ada benyak cara untuk menjadi cerdas.
Teori kecerdasan ganda merupakan model kognitif yang menjalaskan bagaimana individu-individu menggunakan kecerdasanyauntuk memecahkan masalah dan bagaimana hasilnya.
H. Teori Andragogi
1. Pengertian Andragogi
Andragogi berasal dari dua kata bahasa yunani, yakni “andra” berarti orang dan “agogos” berarti memimpin suatu seni untuk orang dewasa. kata andragogi ini pertama digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk dia menjelaskan dan merumuskan konsep dasar teori pendidikan Plato.
Meskipun demikian Kapp membedaakan pengertian social pedagogi uang lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remidial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi justru merupakan pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.
2. Asumsi Pokok Pembelajaran Orang Dewasa
a. Orang dewasa belajar dengan baik bila dia belajar secara penuh dan ambil
bagian dalam kegiatan belajar.
b. Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut dengan dirirnya.
c. Orang dewasa belajar dengan baik bila dihargai dan dieri hukuman
d. Oarang dewasa belajar dengan baik bila diulang secara terus-menerus.
3. Perbedaan Andragogi dan Pedagogi
a. Citra diri
Seorang anak menganggap bahwa dirinya tergantung kepada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa ia akaan sadar dan merasakan bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri.
b. Pengelaman
Orang dewasa di dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beranaka ragam.
c. Kesiapan Belajar
Pemilhan isi belajar serta waktu untuk belajarnya.
d. Pendidikan dipandang sebagai upaya untuk mempersiapkan anak-anak.
.
0 komentar: